Senin, 05 September 2011

Suku Batak berbeda tapi satu

Orang batak ( Tapanuli) adalah salah satu etnis/ suku yang mendiami beberapa kabupaten di Sumatra Utara, yaitu Tapanuli Utara, Selatan dan Tapanuli Tengah, berbagai macam marga dapat ditemukan disana, kalau di Utara banyak di kenal seperti Silalahi, Panjaitan maupun Sihombing, sementara di Selatan banyak ditemukan Siregar, Harahap, mapun Lubis, dan diwilayah tapanuli tengah merupakan campuran antara Utara dan Selatan, semisal Hutagalung maupun Lumban Tobing.

Orang Batak memiliki suatu budaya harus merantau bila ingin maju, bukan karena ditempat tinggalnya tidak ada lahan pertanian untuk digarap maupun lahan pertambangan untuk digali,
namun sudah menjadi tradisi bahwa Halak batak ( orang batak) merantau adalah suatu keharusan bagi pemuda desa guna mengasah kemampuan dan ketrampilan yang dia dapat sewaktu belajar di Tapanuli.
Jangan heran orang batak ada diseantero dunia, mulai dari Asia, Eropa, Amerika, Afrika pasti ada orang bataknya, karena Orang batak tidak memiliki jiwa eksklusif seperti kelompok sendiri, melainkan bergaul dan berbaur dengan penduduk setempat, ini dapat saya lihat di New York bahwa sejak Tahun 1938 sudah ada Persatuan Bangsa Batak ( PBB) yang didirikan oleh Oppung Moses Siregar.
Akan halnya HKBP sendiripun bukanlah agama Ekslusif untuk suku batak sendiri, banyak juga orang non batak ikut Oikumene mereka seperti yang ada di HKBP New York, Huria Kristen Batak Protestant adalah buah karya Pendeta Nomensen yang datang membawa ajaran ini ke Tapanuli, jauh sebelum Imam bonjol membawa Agama Islam, yang dimulai dari Kota Sipirok sebagai pusat Central ajaran Protestant di kota Parau Sorat, hingga Indonesia merdeka Pusat pengajaran Protestan dipindahkan ke Pearaja Balige oleh karena serangan Imam bonjol terhadap Protestan di Tapanuli sekitar tahun 1920an.
Agama Protestan ( HKBP)  bukanlah Agama penjajah seperti yang sering disebutkan para Kompasianer, bahkan ribuan penganut HKBP berpindah agama ke sekte kristen lain, namun tidak pernah ada keributan atau intimidasi kenapa? jawaban sejuk dari HKBP adalah kita sama sama menyembah Tuhan, Ajaran Protestan datang dari Jerman yang dibawah oleh tuan Shultz dan kuburannya dapat ditemukan didesa Bungabondar Sipirok, Tapanuli Selatan, Tuan Shultz sangat mencintai Tanah Batak dan meninggal disana sebelum Indonesia merdeka, dan dia sangat mencintai budaya batak yang disebut Dalihan Natolu/ kebersamaan sebagai keluarga besar.
Mengapa Orang Jerman maupun Amerika senang berkunjung ke Tanah Batak? alasannya adalah orang Batak memiliki budaya Welcome, bersahabat dan senang belajar, hal ini terbukti dari keluarga saya sendiri bahwa Kakek sudah belajar ke Singapure tahun 1930an  ikut orang Amerika, dan menjadi guru di Malaysia atas tawaran kerajaan Inggris , disusul pemuda pemudi dari Tapanuli Utara merantau ke Tanah Jawa maupun Surabaya untuk menjadi pegawai Pemerintah, oleh karena itu jangan heran di Menteng  Jakarta daerah Elit orang kaya Indonesia,  ada 2 buah  gereja HKBP , yaitu di Jalan Cokroaminoto dan jalan Jambu.
Demikian juga rasa Nasionalisme orang Batak  sangat tinggi terhadap sesamanya, walaupun hanya kenal sepintas namun berdasarkan pertalian marga sangat mudah menemukan asal-usul keduanya, semisal perkenalan saya dengan Oppung Moses Siregar, setelah beliau tanya apa marga saya dan dari mana asal Bapak saya beliau langsung bilang panggil aku Tulang atau oppung seperti om kandung atau kakek kandung, inilah yang disebut Mora/hula-hula atau dongan sabutuha ( saudara satu asal). makanya waktu penyerangan terhadap penatua dan Pendeta HKBP  terjadi, Bang Todung Mulya Lubis  langsung angkat bicara,  padahal Todung bukan orang HKBP,  namun sentimen satu daerah itu pasti terusik, dan seperti yang saya sebutkan didalam journal sebelumnya, Orang Batak  tidak menempatkan Agama didalam pergaulan sehari-hari melainkan Adat dan Holong ( Adat dan Kasih sayang) Horas!
Bagi Hula/Hula ( Mora) atau kahanggi/dongan sabutuha bila ada yang kurang lengkap tolong ditambahkan/ koreksi tulisan ini,  sebab ini saya dapatkan dari kakek saya sewaktu saya masih SMA Oppung doliku yang menerangkan  ini, maklum Papa sendiri lahir di Malaysia dan saya juga Anak Babe ( Batak Betawi), namun asal-usul kami selalu diceritakan turun temurun sekalipun kami lahir dan besar di berbagai penjuru dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar